Ketika
seseorang menjalani puasa, ia tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga
melakukan refleksi diri, memperbaiki kebiasaan, dan mendekatkan diri kepada
Tuhan. Proses ini mirip dengan kalibrasi alat kesehatan yang dilakukan secara
berkala untuk memastikan keakuratannya tetap terjaga.
Sebuah
tensimeter, misalnya, setelah digunakan dalam jangka waktu lama, bisa mengalami
penyimpangan dalam hasil keluaran kinerjanya. Jika tidak dikalibrasi, alat ini
dapat memberikan data yang salah, berisiko menyebabkan kesalahan diagnosis bagi
dokter. Begitu pula manusia, jika terus menjalani kehidupan tanpa introspeksi
dan pembenahan, bisa saja semakin jauh dari nilai-nilai kebaikan.
"Sebagaimana
puasa menghadirkan ketenangan dan kedamaian jiwa maka Kalibrasi pun
menghadirkan rasa tenang dan aman bagi pengguna alat kesehatan bekerja,"
ujar seorang teknisi di Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan (BPAFK) Jakarta.
Menjaga Konsistensi dan Kualitas, Seperti Ibadah di Bulan
Ramadhan
Dalam
ibadah puasa, umat Muslim diajarkan untuk menjaga konsistensi dalam berbuat
kebaikan, meningkatkan kedisiplinan, dan memperbaiki kualitas diri. Hal yang
sama berlaku dalam pengujian alat kesehatan.
Kesimpulan: Menjaga Keakuratan, Menjaga Keimanan
Seperti halnya bulan Ramadhan menjadi waktu untuk menjaga keakuratan iman dan memperbaiki kualitas kehidupan spiritual maka pengujian dan kalibrasi alat kesehatan juga menjadi proses penting dalam menjaga keakuratan dan keselamatan pasien. Dengan alat yang teruji dan terkalibrasi dengan baik, pelayanan medis dapat berjalan optimal, sebagaimana manusia yang menjalani puasa dengan penuh kesadaran akan memperoleh manfaat spiritual yang luar biasa.
Penulis : M. Irfan Yanis Putra - Ketua Timker Kemitraan & Bimtek
Penyunting : M. Subchansyah - Kepala Instalasi LSPro